- Semenjak itu, aku tak berani lagi jatuh cinta. Tak ingin bermain rasa, tak ingin lagi sumbang harap.
Semenjak itu, aku
tak berani kenal perempuan, tak ingin menanam rindu, tak ingin membuka ruang.
Dan semenjak itu,
aku ingin bebas – sebebas-bebasnya menikmati hidup tanpa
‘dirimu,’ di sana!
Bukan peduliku.
Bagiku, Setelah cukup lama menghabiskan waktu memecahkan teka-teki yang kau
suguhkan, sudah waktunya untuku mengubur dalam perihal cerita pendek tentang ‘kita’
dan tentang ‘semua’.
Sudah waktunya
kita melukis di tempat yang berbeda. Kau melukis akan sebuah gaun pengatin
dengan warna keemasan – warna faforitmu. Dan aku melukis wajah samar, tak
berarti bagiku siapa dalam gambar itu.
Kita adalah bagian
sejarah era baru. Percayalah. Nanti di saat menua, kita bakalan dikenang
sebagai pencipta rasa paling sempurna. Sesempurna kita pernah jatuh cinta.
Selaku manusia, dan
selaku yang pernah bertahan sekalipun terhina, aku selalu berdoa pada tuhanku. Meminta
agar tuhan memberikan kesehatan yang penuh untukmu, selalu memanjakan dirimu
dalam situasi apapun.
Jangan lupa.! Aku
menunggu undangan bahagiamu.
Boalemo, 7 Juni 2018
FOLLOW THE Faisal Saidi AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Faisal Saidi on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram