Bersikap Jomblo di Lokasi KKS - Faisal Saidi

Sunday, March 17, 2019

Bersikap Jomblo di Lokasi KKS

Bersikap Jomblo di Lokasi KKS

https://www.google.com/search?q=karikatur+jomblo&safe=strict&client=ms-android


Apakah benar kuliah kerja sosial (KKS) adalah pengabdian terakhir kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa akhir studi?
Jawabannya sepenuhnya saya percayakan kepada Anda – baik yang sudah melewati fase ini atau yang sementara menjalaninya.

       Baru masuk Minggu kedua pengabdian, saya makin pesimis menganggap KKS adalah bagian dari pengabdian mahasiswa pada masyarakat. Sebenarnya KKS juga bukan pengabdian terakhir kita  pada masyarakat, sih. Kurun waktu 2 (dua) bulan bagi saya adalah waktu yang sangat singkat mengabadikan diri kita pada masyarakat. Bahkan dalam mengabdi, tidak perlu dibatasi skala waktunya. Pengabdian kaum terdidik adalah pengabdian seumur hidup. Hiyeaaaa

      Mula-mula alurnya begini: Sebelum pada akhirnya mahasiswa KKS sampai di Desa tempat pengabdian, ada semacam kekhawatiran berjamaah yang disimpan di lubuk hati paling dalam oleh mahasiswa KKS. Khawatir kalau nanti ditempatkan di Desa paling terpencil, khawatir dengan Desa yang minim akan jaringan internet, khawatir kalau saja ditempatkan di Desa yang lokasinya harus melewati 10 gunung dan 7 lembah, dan yang paling gempar adalah; khawatir kalau saja nanti tidak mendapatkan teman perempuan atau laki-laki yang cantik, ganteng, putih, baik, pintar, dan semua kategori sempurna lainya, Hinjehhh. Maka hal itu berimbas serta menjadi ujian terbesar bagi mahasiswa yang pas-pasan, yang tidak diharapkan hadir. Bersabarlah, tuhan di sisi kalian.

     Setelah itu, masuklah pada tahap perkenalan serta lirikan mata penuh harap. Semua mahasiswa mencari teman selokasinya. Berkenalan nama, ada yang kecewa karena niatnya tidak tercapai, ada juga yang amat bahagia – sekalipun Desanya melewati 10 gunung dan 7 lembah, asal keinginannya bertemu dengan teman ganteng dan cantik terkabul. Ada juga yang menganggap semuanya sama. Mau Desanya terpencil atau tidak, mau teman selokasinya ganteng atau cantik, mau Desanya melewati 200 gunung sekaligus, dia tetap tegar dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa (biasanya mahasiswa seperti ini adalah akumulasi dari sifat mahasiswa yang pluralis, pragmatis, dan higienis. Juga mahasiswa yang terpaksa harus turun KKS).

     Saling lempar nama sudah selesai. Masuklah pada tahap peleburan sifat atau bisa saja langsung pada peleburan hati. Cieeeah. Di bagian ini, kerap ada teman yang merasa iri karena perhatian sepihak, ada teman yang cemburu karena terlalu romantis, tak jarang juga ada teman selokasi yang baku hantam gara-gara saling melukai hati. Anjrit, kan.

     Nah. Di sini juga sebenarnya bisa kita lihat ukuran yang jelas serta apa sebenarnya orientasi mahasiswa KKS mengabdikan diri di masyarakat. Jangan-jangan hanya mengabdikan hati, kemudian berharap menuju pelaminan. Di tahap ini juga, bisa kita lihat siapa yang benar-benar bekerja karena dia memang tipikal pekerja, dan siapa yang bekerja karena ada dukungan emosi, rasa dan cinta akan teman selokasinya (biasanya orang seperti itu, ketika jatuh, maka akan runtuh segala sifat kemanusiaannya). 

      Yang paling rumit, ruwet, dan kacau adalah ketika ada yang mengaku jomblo karena terlanjur sayang pada teman selokasinya. Karena pengakuan ekstrem itu, semua yang menandakan bahwa dia benar-benar jomblo pun dilakukan di luar dari dugaan. Misalnya; menghapus sementara foto-foto dia dan pasangan yang ada di gawai, membisukan status WA dan IG, menghilangkan personal status sementara waktu, menonaktifkan nomor Hp dengan alasan “susah Skali jaringan di sini sayang uti”, dan yang paling tragis adalah, dengan segala sikap mencari kesalahan pasangannya sekecil apa pun, serta menembus jalur putus (padahal persiapan nikah sudah 70%), dengan alasan yang sedikit ciamik “untuk sementara baku badiam dulu Torang a, soalnya Ng kuat ba tuduh yang tidak-tidak, padahal kita ada ba bae-bae di sini. Somo ilang fokus kita kalau begitu”. Taekk, kan.

      Status jomblo di lokasi KKS mulai melebar. Itu ditandai dengan status WhatsApp teman saya yang rata-rata mulai menggelikan. Ada yang memasang fotonya dengan caption “baru foto sendiri, kapan foto bersama pasangan”, ada juga “sendiri dulu, sapa tahu besok ada yang mau datang” , sampai “nanti mo babataria akan baru Ng tau kita suka ngana?”

      Itu pun, mahasiswa yang mendeklarasikan dirinya jomblo adalah orang-orang yang terhitung beruntung. Paling tidak, mereka sedikit terselamatkan dengan niat awal tadi. Juga berubah menjadi pekerja keras (sekalipun pencitraan).  Lah, bagaimana dengan mahasiswa yang di lokasinya melewati 10 gunung 7 lembah, dengan Desa yang tidak memiliki jaringan internet, belum  lagi tidak ada teman yang ganteng, cantik, baik, rajin, pintar di lokasinya. Ampunnn! Saya pastikan tuhan bersama Kalian.

     Saran saya; fungsikan sebenar-benarnya para remaja muda di Desa Anda. Sapa tahu bisa terselamatkan niat Anda dan bisa mendeklarasikan status jomblo Anda. Juga bisa ikut menyuplai status di WhatsApp “terima kasih telah bersamaku selama 2 bulan di lokasi ini. Kau adalah pejuangku” hahahaha.

      Status jomblo memang bersifat tentatif. Dia berubah seiring berkembangnya hati dan lokasi ditempatinya. Jomblo tak ubahnya seperti mafia kelas internasional, cenderung ingin melakukan kejahatan di tingkat elite, dan wilayah keuntungan yang sangat besar, serta tak jarang pula kalau ada kesempatan tersedia, mereka melakukan kejahatan di tingkat bawah dengan membawa iming-iming kesejahteraan, serta suka berhijab di balik murninya Agama. 

      Menurut teman saya yang kehidupannya di bawah rata-rata; Jomblo yang baik adalah jomblo yang menghormati pasangan orang lain. Beda lagi dengan teman saya yang kehidupannya bisa dikatakan sedikit mampu; Jomblo yang baik adalah jomblo yang memberikan kesempatan bagi orang lain untuk menghargai waktu. Dan terakhir, bagi teman saya yang kehidupannya kaya dan terpenuhi keinginannya; Jomblo yang baik adalah jomblo menguasai semua hal. Manfaatkanlah status jomblomu itu untuk mendekati orang lain. Jomblo itu adalah lambang dari semua kebebasan.
.
Jangan lupa tertawa. Salam hormat


_______
Sumalata, 17 Maret 2019

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2019 Faisal Saidi | All Right Reserved