TOLONG CARI MUKA SAYA - Faisal Saidi

Thursday, November 29, 2018

TOLONG CARI MUKA SAYA

TOLONG CARI MUKA SAYA


Sumber Gambar; Ig;@banggaber

Aku mohon maaf pada kalian. Pada akhirnya aku merepotkan seluruh Manusia yang masih bernafas. Termasuk, Usman, sahabat seperjuangan. Kalau saja, Usman telah meninggal, tak ada orang yang dengan mati-matian membelaku dan menemani mencari mukaku yang hilang. Sebenarnya ini kali kedua aku mencari muka yang hilang. Namun, di pencarian kedua ini agak sulit aku lalui. Itu karena mukaku sudah tidak laris lagi di pasaran. Banyak muka baru yang muncul dengan wajah berseri, elok, dilengkapi bersama senyum manis – polos ketulusan. Makanya mukaku hilang di buang entah kemana. Habis, parah, mati riwayatku.

Agar kita lebih akrab, juga supaya Anda lebih mudah mencari mukaku yang hilang itu entah di mana. Tetapi sebelumnya, izinkan aku berkenalan lebih dulu, dan menceritakan setidak-tidaknya sedikit latar belakangku. Siapa tahu Anda sudah  mengenalku lebih dulu, atau pernah bertemu denganku baik itu di jalananan, di panggung, di acara takziah, di acara hari-hari besar. Siapa tahu, kan. Sebab aku akrab di tempat seperti itu.

Oke. Namaku Wajah Purnama. Aku lahir di pekarangan sawah, umur 20 tahun Aku meninggalkan Desa kumuh, dan memilih menetap di perkotaan. Pendidikanku tak seelok anak-anak kota pada umumnya – Aku juga tak ingin ambil pusing soal itu. Di kota aku menempuh pendidikan formal S1 Matematika. Sama saja, tak ada yang menarik dengan kuliahku. Bangunan megah tempat pendidikan tinggi itu masih saja menyimpan formasi lama. NKK/BKK  yang dirumuskan Presiden Indonesia kala itu, guna menyumbat nalar kritis Mahasiswa masih menetap setia berdiri. Bahkan semakin massif saja format itu berjalan. Karena tidak ada pilihan lain, aku pun ikut menikmati sisa-sisa perjuangan pak Harto itu. Kau tahu? Berkat Pak Harto, Aku banyak mendapat keuntungan hanya dengan berkiprah di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Kalau Anda tertarik, tugasmu hanya mengakali Mahasiswa dan dosen, kuncinya hanya perlu siasat matang dan terukur. 

Setelah menikmati banyak keuntungan di BEM, Aku mulai berafiliasi dengan dunia wartawan. Selama 8 tahun lamanya Aku menjadi wartawan lokal Kota. Sama dengan wartawan lainya, Tugasku mencari berita, menawarkan kerja sama dengan pemerintah daerah (agar ada pemasukan), mencari kesalahan para kepala dinas, lantas menyodorkan profosal perdamaian, menerbitkan berita sesuai jumlah donasi, menakuti warga, dan minum menyeruput kopi di kedai. Sesederhana itu kerjaanku menjadi wartawan. Menarik, bukan?

Setalah lelah menjadi wartawan, kebetulan Aku diberikan tawaran masuk partai politik. Katanya (ketua partai politik) Aku adalah kader mempuni serta layak untuk mendapat posisi strategis di partai itu. Lalu katanya, Aku akan diusung menjadi bursa anggota DPR Kota. Kebetulan juga, Ketua Partai ini, adalah satu-satunya orang yang senang memberiku dana dan setia mengisi kolom berita di waktu Aku menjadi wartawan. Oleh itu, Aku terima tawaran untuk menjadi kader partai dan menjadi calon anggota DPR Kota. Barangkali Tuhan memang selalu baik denganku. Setelah selesainya seluruh pencoblosan di TPS-TPS Kota, melalui Komisi Pemilihan Umum (KPU), Aku dinyatakan terpilih menjadi anggota DPR Kota. Hal demikian juga terwujud berkat ketua partai dengan lihainya menyogok ketua KPU. Bukan hanya itu, sebab rahasia birahi ketua KPU, Aku yang tahu. Jadi semua berjalan lancar, sehingga hasil baik bagiku dan partai.

Masuklah Aku kedalam politik busuk. Kau tahu, kerjaanku sebagai anggota DPR ini sangat mengejutkan. Kerjaan jangka pendek; melakukan perjalanan dinas. Kerjaan jangka menengah; mengesahkan anggaran, lalu Aku mendapat setengah persen dari pengesahan itu, menjalankan reses kecil berdampak penghasilan besar. Kerjaan jangka panjang; berhura-hura, menyimpan uang sebanyak-banyaknya.

Nah, pikiranku oleng ketika masuk di tahun ke-empat manjadi anggota DPR. Masa sulit, bisa jadi masa suramku. Di tahun terakhir menjadi anggota DPR Kota. Aku menuai banyak protes, hal itu disebabkan oleh rekanku menghianati aku secara diam-diam. Semua keburukanku di tayangkan kepada masyarakat. Aku tak mampu mengelak lagi. Benar, hanya seorang penghinat yang mampu menghancurkan Negeri ini.

Esoknya, mukaku ditemukan tepat di corong selokan. Esoknya lagi, mukaku ditemukan di pasar Senen Kota. Akhirnya mukaku berkeliaran – terbuang. Aku dikeluarkan dari partai itu, karena mereka melihat elektabilitasku habis di makan serakah. Banyak muka baru yang muncul, dengan dalih pembangunan. Aku menjadi sampah di tengah masyarakat. Sumpah serapah menyudutkanku di gang kemirisan. Pikirku saat ini, bagaiman mengobati situasi ini agar pulih kembali? Bagaimana caranya agar Aku terterima lagi? Bagaimana melakukan tindakan agar ada kepercayaan kembali?

 Pada saat kekacaun berlangsung, Aku hanya bisa berkata; “Jalan terakhir yang perlu di tempuh adalah mendekatkan diri sepenuh hati kepada pimpinan daerah (Walikota). Agar aku tetap terterima. Ini juga demi kebutuhanku kedepan agar aku mulus untuk melaju di periode kedua anggota DPR. Karena, Usman adalah juru bicara Walikota, maka. Usman, adalah orang yang bisa membantuku saat ini untuk melakukan mediasi permohonan bergabung kepada Walikota. Kau tahu kenapa, Usman dengan antusiasnya mencari mukaku? Kalau tidak dengan begitu, rahasia, Usman waktu melakukan tindakan penganiayaan warga Kota yang berakibat meninggal akan aku laporkan. Ini adalah peluru terakhirku.

Usman, Aku, dan sangat memohon pertolongan Anda. Sekiranya kalau punya waktu luang, “MOHON BANTU TEMUKAN MUKA SAYA"

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2019 Faisal Saidi | All Right Reserved